Enam ABG yang dipaksa melayani pria hidung belang diamankan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kepri dan LSM Gerakan Anti Trafiking (GAT) dari penginapan Kusuma Jaya Pelita, Minggu (4/12) pukul 23.00 WIB. Mereka mengaku pernah melayani delapan anggota DPRD Batam.
Terkuaknya keberadaan enam remaja ini, merupakan lanjutan dari upaya membongkar jaringan prostitusi yang melibatkan pelajar dan remaja perempuan yang diusut polisi sejak pekan lalu. Sebelumnya, polisi sudah mengamankan empat orang. Salah satunya adalah ZFM, siswi SMK di Seraya, yang berperan sebagai mucikari.
Enam remaja yang diamankan KPAID adalah Ln (16), Jn (17), Dl (17), Uk (18), Tn (16), serta Krz (15). Semuanya adalah lulusan SMP dan tidak bersekolah lagi. Mereka berasal dari Batubesar, Kecamatan Nongsa. Keenam remaja putri itu mengaku pernah melayani delapan anggota DPRD Batam, tapi tak dibayar.
“Kami masih ingat wajah mereka. Kalau bertemu lagi sama anggota Dewan itu, saya pasti ingat,” kata Tn, Uk, dan Jn. “Mereka cuma ngasih pil, tapi tak bayar. Mereka main tinggal saja,” ujar mereka. Tn, Uk, dan Jn melayani delapan anggota DPRD Batam di ruang VIP Diskotek Planet di Nagoya Newtown. Awalnya, rombongan anggoya Dewan yang berjumlah sembilan orang tersebut, membawa Tn, Uk, serta Jn, dari penginapannya di Kusuma Jaya Pelita untuk menemani mereka. Setelah ngobrol 15 menit, sembilan orang tersebut mengajak ke foodcourt makan bersama. Selesai makan ketiga ABG diajak ke diskotek.
Di diskotek ketiga ABG ini dicekoki pil ekstasi oleh sembilan anggota DPRD. Mereka pun tak sadarkan diri. Setelah itu mereka dibawa ke kamar hotel. Setelah digilir sembilan orang, ketiga ABG ini hanya diberi lembaran kertas kosong dan ditinggal begitu saja dalam kamar dalam keadaan acak-acakan.
“Kami baru sadar saat terbangun malam itu, dan saya lihat bukan uang melainkan lembaran kertas guntingan seukuran uang. Dari sembilan orang itu, satu yang mengaku bukan anggota DPRD, namanya Y. Kata Y, yang anggota DPRD Batam delapan kawannya,” ujar ketiganya.
Mereka diamankan berkat informasi dari Rian, paman Ln, yang kehilangan keponakannya itu sejak dua minggu lalu. Rian mengatakan, awalnya ia khawatir setelah membaca Batam Pos yang mengatakan banyak ABG dijual untuk pemuas nafsu. Sebab, sudah dua minggu, Ln tak pulang kerumah.
“Saudara saya khawatir ada apa-apa dengan anak itu. Makanya saya cari-cari. Dapat info dari kawannya kalau ponakan saya Ln, ternyata punya tempat berkumpul di Seipanas,” ujar Rian. Setelah dicek ke tempat berkumpulnya, tak nampak satu pun remaja di situ. Upaya pencarian sudah buntu, Rian sempat mau balik ke orang tua Ln. Tak lama, ada satu orang kawannya yang bilang Ln sekarang sering nampak di penginapan Kusuma Jaya di Pelita.
Agar Ln mau dijemput, Rian sempat menjebak ponakannya itu melalui kawan main Ln. Setelah di-SMS oleh kawannya bahwa dirinya akan datang ke kamar di penginapan yang harga sewanya per hari Rp60 ribu, Ln mempersilakan. Mendapat info seperti itu, Rian langsung berpikiran bahwa keponakannya pasti terjerumus ke dunia prostitusi. Ia langsung meluncur dengan enam orang kawannya dari LSM GAT dan KPAID.
Sampai di penginapan, pihak resepsionis memberitahu Ln menyewa kamar nomor 205. Diketuk pintunya, Ln langsung membukanya. Ia kaget, sebab yang datang bukan kawannya, tapi pamannya bersama enam orang dari LSM dan KPAID. Dalam kamar, ternyata bukan hanya Ln. Ada tiga kawannya yang semuanya perempuan ABG yaitu, Dl, Tn, serta Krz yang lagi bercanda. Mereka langsung disuruh bercerita dan semuanya mengaku ingin pulang dan tak mau dijadikan pelacur.
“Saya langsung bawa mereka semua. Belum sempat keluar dari penginapan, salah satu kawan Ln yang ikut kita bawa mengaku masih ada dua kawannya lagi yang bernasib sama di kamar 201 yaitu Uk dan Jn. Sebelum dijemput, ternyata Uk sudah keluar dari kamarnya bersama satu ABG laki-laki yang diduga cowoknya. Kita langsung bawa Uk. Sedangkan cowoknya memilih pergi. Sedang Jn ternyata sudah pulang ke rumah orangtuanya di Batubesar,” ujar Rian.
Mereka kemudian dibawa ke sebuah rumah Perumahan Vila Pesona Asri, milik Henty, orangtua Slv yang juga jadi korban trafiking. Sedangkan, Jn, dijemput di rumahnya. Setelah dijelaskan ke orangtuanya, dan pengakuan Jn sendiri, akhirnya Jn diizinkan bergabung dengan kelima kawannya.
Di rumah Vila Pesona Asri, mereka semua mengaku disuruh mucikarinya, Tania yang saat ini jadi buronan polisi, untuk melayani pria hidung belang. Ln, yang baru kabur dari rumahnya dua minggu lalu merupakan anak yang tak mau dipekerjakan sebagai pelacur. Namun, ia tak kuasa menolak. Sebab, ada ancaman dari mucikarinya akan dipukul kalau tak mau melayani.
“Tak mungkin kami tak mau, di situ sudah ada om-om yang badannya besar tiga orang. Saya jadi takut dan menuruti apa yang diperintah orang yang membayar untuk ditemani tidur,” ujar Ln sambil meneteskan air mata. Tak itu saja. Selain dipaksa melayani pria hidung belang, Ln bersama kelima kawannya di penginapan Kusuma Jaya, juga dikirim ke Diskotek Planet II Nagoya Newtown untuk melayani pemesan.
Sekali berhubungan badan, mereka mendapat uang sebesar Rp1 juta. “Tapi tidak semuanya buat saya, masih harus dipotong buat tante Tania Rp150 ribu,” lanjut kelima korban. Menurut para remaja putri itu, mereka mengenal Tania baru tiga hari. Dalam penggerebekan kemarin, selain mengamankan semua korban, KPAID juga mendapatkan sejumlah lelaki yang merupakan pacar korban.
Pjs Kapolresta Barelang AKBP Yohanes Widodo mengimbau kepada seluruh orang tua dan para guru agar lebih mengawasi anak-anaknya karena orang terdekat adalah orang tua. “Karena korbannya adalah anak sekolah maka yang paling berperan penting adalah guru dan orang tua,” tegasnya.
Yohanes akan bekerja sama dengan pihak sekolah dan Dinas Pendidikan untuk mengusut tuntas masalah ini supaya kegiatan belajar mengajar kembali normal. Ia akan mengembangkan dulu kasus ini apakah ada korban lain selain enam orang yang telah diperiksa. “Korban akan divisum dulu, dan dilakukan pengembangan lainnya lagi,” katanya.
No comments:
Post a Comment