Kisah ini dimulai ketika seorang keluarga yang kebetulan keluarga jauh dari ibu ku datang kerumah........
oh ya kenalkan nama ku nono aku baru masuk SMA dan ikut numpang tinggal di rumah Om Hadi yang kebetulan yang om Hadi
pulang kampung ke tempatku, mampir kerumah kami untuk mengajak aku tinggal dirumahnya sekaligus membiayai sekolahku.
Om Hadi bekerja disalah satu instansi pemerintah dan kebetulan beliau menduduki jabatan yang tinggi.
Om Hadi mempuyai tiga orang anak yang tertua kelas 2 smp, terus yang kedua baru kelas 5 sd, sedangkan yang bontot
baru masuk TK. Istri Om Hadi yang biasa aku panggil Tante Fani seorang ibu rumah tangga dan wiraswastawatiyang tulen.
Tante Fani berumur sekitar 39-40 tahun, mempuyai bentuk tubuh yang cukup menggoda dan terbilang mengairahkan, dan terbilang
cukup modis. Tante Fani berkulit putih dan mempuyai ukuran BH yang cukup besar sekitar 36D (itu pun aku ketahui baru2 sekarang aja)....
Sejak berada di lingkungan keluarga Om Hadi aku hanya berani mengagumi tubuh Tante Fani. Keluarga Om Hadi sangat baik
kepada ku.
Aku diberi kamar dibelakang rumah yang mempuyai jendela langsung ke halaman belakang rumah. Setiap pagi Tante Fani
selalu berada dihalaman belakang rumah untuk menjemur pakaian. Disaat itu pula biasa aku telah selesai membersihkan rumah
dan masuk ke kamar untuk bersiap-siap pergi sekolah.
Sudah enam bulan aku aku ikut dengan keluarga Om Hadi, setelah pulang sekolah aku biasa ikut menjaga Toko yang selama
ini dikelola oleh Tante Fani. Apabila aku berada di toko Tante Fani akan pulang ke rumah untuk istirahat dan tidak
kembali lagi ke toko. Aku berada di toko sampai sore dan menutup ketika jam tutup toko tiba. Hari ini lumayan melelahkan
karena melayani banyaknya pelanggan yang datang. Toko Tante Fani terhitung rame, sehingga hampir tutup pun selalu ada yang
datang.
Setelah selesai menutup toko dan menguncinya aku berjalan menuju gang sebelah untuk pulang ke rumah, yang kebetulan
Rumah Om Hadi berada di Gang sebelah Toko. Sesampai di halaman rumah aku langsung melewati lorong samping rumah seperti
kebiasaan ku selama ini, kulihat digarasi mobil Om Hadi belum ada berarti Beliau belum pulang kantor.
Entah ada bisikan dari mana tanpa sengaja aku menoleh jendela kamar Tante Fani yang kebetulan
jendelanya kulewati. Sepintas kulihat tante fani berdiri di depan cermin sambil sesekali memutarkan badan dan memperhatikan
lekuk tubuhnya sendiri. Sambil mengendap dan deg-degan kudekati jendela tersebut dengan maksud mengintip tingkah Tante Fani
yang memancing birahi kelaki-lakianku.
Setelah puas memperhatikan lekuk tubuhnya Tanti Fani kemudian melepaskan daster yang menutupi tubuhnya kemudian melemparkannya
ke atas ranjang. Makin berdebar jantungku ketika kulihat Tante Fani hanya menggunakan BH dan Celana Dalam yang senada berwarna
Hitam berenda benang emas. Kemudian Tante Fani mulai memegang Tetek nya yang masih terbungkus BH sambil memeras-merasnya, kemudian
melapaskan kaitan BH yang berada didepan dan kembali meletakan BH tersebut dilantai. Makin berdetak kencang jantungku melihat
tetek Tante Fani yang putih mulus ada lingkaran coklat muda di tengahnya dengan pentil yang tidak terlalu besar.
Tak berapa lama kemudian Tante Fani mengambil sesuatu dari atas meja didepan cermin berbentuk tube mirip lotion dan menumpahkannya
ditangan kemudian memoleskannya perlahan dan searah pada kedua payudaranya, kejadian tersebut kulihat dari pantulan cermin dimana
Tante Fani berdiri. Melihat pemandangan tersebut aku mulai meraba kontolku yang sejak tadi sudah menegang dan membentuk tonjolan
(maklum aku selama ini tidak pernah mengenakan Celana Dalam) dan megelus-ngelusnya.
Setelah memoles payudara dengan lotion pengencang payudara (itupun baru ku ketahui kemudian), Tante Fani berjalan menuju meja kecil
disamping ranjang mengambil koran dan meletakan koran tersebut diatas kursi kecil didepan cermin. Aku masih belum mengerti maksud
apa yang akan dilakukan Tante Fani lagi. Kemudian Tante Fani melepaskan Celana Dalam Hitamnya secara perlahan dan meletakan nya tidak
jauh dari BH tadi. Berdesir darahku melihat tubuh Tante Fani polos tanpa sebenangpun melekat, terus terang ini pertama kalinya
aku melihat tubuh seorang wanita telanjang polos secara langsung, biasanya hanya melihat di film atau pun majalah punya teman sekelasku.
Benar-benar sempurna tubuh Tante Fani udah putih punya tokot yang gede dan bokong pun gede pula. Dengan sepontan aku mulai mengocok
kontol yang udah mengeras dan terasa panas ditangan. Tante Fani kemudian duduk diatas kursi sambil mengangkang setelah sebelumya
mengambil alat cukur diatas meja. Dengan perlahan Tante Fani mencukur bulu memeknya yang kuperhitungkan masih tipis dan berbentuk segitiga.
Rupanya tante Fani rajin merawat memeknya dan tidak menginginkan bulu memeknya tubuh liar sehingga mencukur bagian yang tumbuh diluar bentuk
segitiga tersebut. Dengan perlahan dan hati- hati Tante Fani mulai melaksanakan kegiatannya tanpa merasa curiga ada yang memperhatikannya.
Sepintah kulihat memek tersebut berwarna agak merah merekah, hal itu membuatku mempercepat kocokan pada kontolku, sehingga terasa membesar
kepala kontolku karena tegang sejak tadi. Sambil menghayal memasukan kontol ku ke memek Tante Fani. Dengan cepat ku lakukan kocokan hingga
pada akhirnya aku mencapai klimaks dan croottttt......maniku keluar menyempat bunga-bunga yang tumbuh di bawah jendela kamar Tante Fani.
Aku hanya mengeluarkan suara kecil takut ketahuan Tante Fani sambil menikmati sisa kenikamatan dan hanyalan yang masih ada.
Saat kutinggalkan jendela tersebut Tante Fani masih belum selesai mencukur bulu memeknya. Aku berjalan menuju ke pintu belakang rumah dan
masuk menuju kamar dan berbaring diatas ranjang sambil mengingat kejadian tadi. Sejak saat itu aku selalu membayangkan Tante Fani ketika
hasrat birahi memenuhi ubun-ubun yang kusalurkan dengan mastrubasi. Terkadang aku malu jika berhadapan langsung dengan Tante Fani bila
mengingat apa yang kuhayalkan apabila mastrubasi.
Selang beberapa hari kemudian ketika melewati kamar tante fani aku selalu menoleh siapa tahu kejadian tersebut berulang. Setelah seminggu
berlalu kejadian yang kuharapakan tidak terjadi-jadi bahkan kadang jendela tersebut telah ditutupi horden sehingga menghalangi pemandangan
di dalam kamar.
Sudah menjadi kebiasaan Tante Fani apabila berada dirumah apalagi menjelang malam tiba Tante Fani hanya menggunakan daster. Juga sudah
menjadi kebiasaan ku aku selalu mandi terakhir setelah semua orang rumah mandi. Aku memasuki kamar mandi untuk menyegarkan tubuh setelah
seharian berkerja. Ketika sudah didalam kamar kulihat ada sesuatu yang tergelatak di sudut lantai kamar mandi. Kuperhartikan dengan seksama
ternyata CD dan BH punya tante. Tidak seperti biasanya ada CD dan BH yang tertinggal di kamar mandi. Biasanya tante menaruh dan mengumpulkan
pakain kotornya ditempat cucian di dekat mesin cuci.
Melihat pemandangan tersebut kembali nafsuku terpancing, walaupun telah lama tinggal di rumah om hadi baru kali ini aku memegang yang namanya
CD dan BH tante. Pertama yang ku lakukan adalah memungut CD dan membentangkannya kuperhatikan bentuknya, teringat aku akan kejadian beberapa
waktu yang lalu ketika mengintip tante. CD tersebut sama dengan yang dipakai tante waktu itu CD Hitam berenda emas. Setelah puas
memperhatikannya dengan desakan birahi yang kuat kudekatkan kehidung CD Hitam tersebut ku cium aromanya wangi yang khas. Dengan penuh nafsu
ku cium bagian dari CD tersebut yang letaknya kuperkirakan pas bersentuhan langsung dengan memek tante. Kucium dalam baunya yang membuat
aku merasakan suatu sensasi baru yang sangat luar biasa. Dengan nafsu tak tertahankan aku mulai mastrubasi, seraya membayangkan lagi
menciumi memek tante, tanganku aktif bekerja mengocok dan mengelus kontolku yang sedari tadi sudah mengacungkan diri memprotes ingin
dipuaskan. Tak cukup hanya mencium akupun mulai menjilati CD tersebut terutama di bagian penutup memek, terasa sedikit asin
ketika lidahku bersentuhan dengan kain CD tersebut. Tapi hal tersebut justru membuat aku semakin bernafsu dan semakin banyak darah yang
terpompa ke kontolku, hal tersebut terasa ketika kepala kontolku yang berbentuk helm nazi semakin membesar dan panas.
Sudah hampir dua puluh menit kucium dan kujilati CD tante sambil tiarap di lantai kamar mandi dan nafsu ku pun semakin memuncak memenuhi
ubun-ubun. Ketika ada semacam desakan semakin menguat kurasakan pada batang kontol, kemudian CD tersebut kuletakan pada kepala kontol
dan kuselimuti kontolku dengan CD sembari terus ku kocok....dan Crottt.....crottt....crottt...croottt kepuasan tersebut kurasakan
mengaliri seluruh tubuhku. Semprotan sperma ku memenuhi dan tumpah pada gumpalan CD yang tadi menyelimuti Kontol....., ku sirami
CD tersebut dengan air untuk memberihkan sperma yang ada pada CD karena takut ketahuan oleh tante aku mastrubasi dengan CDnya.
Sejak saat itu ketika hasrat birahiku mulai menyerang aku pergi ketempat pakaian kotor mencari CD atau pun BH Tante sebagai
teman mastrubasiku. Hal tersebut hampir ku lakukan setiap malam ketika Tante sudah masuk kamar dan tidur. Kadang kala CD tante yang
kupakai mastrubasi terbawa tidur karena kecapean melewati prosesi sakral tersebut sampai pagi. Sebelum tante mencuci pakaiannya aku
kembali lagi itupun setelah ku bersihkan dari sperma yang menempel. Yang selalu membuat aku keranjingan adalah CD hitam berenda emas
yang merupakan CD favoritku untuk mastrubasi. Aku bentah berlama-lama bersama CD tersebut bahkan aku rela memasukan bagian memek
kedalam mulutku. Benar-benar sensasi yang luar biasa yang kurasakan apabila mendapati CD tersebut.
Karena kebiasaan ku tersebut aku jadi tau koleksi Tante. Tante rupanya memiliki selera yang cukup fashionable untuk urusan pakaian dalam,
terlihat dari CD dari bentuknya dari G-string dan berwarna indah sampai dengan CD standar biasa tapi pasti ada kekhasaannya masing-masing
CD tersebut. Selang beberapa minggu kemudian Om Hadi mendapat tugas dari kantor keluar kota karena Om hadi berangkat jam 7 malam.
Setelah Tante masuk kamar aku memulai kebiasanku menuju tempat pakaian kotor untuk bergeriliya mencari teman kecil untuk si Ontol.
Malam itu aku aku mendapati CD G-string pink dan Lingrie seksi pink. Tanpa pikir panjang kedua benda tersebut ku bawa ke kamar
kubentangkan lingrie diatas tempat tidur kemudian kuperhatikan lingrie tersebut, ada sesuatu yang memancing otakku. Ada semacam
noda pada lingrie di bagian atas tepatnya di lokasi tetek ada semacam titik pulau empat buat. kemudian noda tersebut aku pegang tenyata
masih basah dan aku memberanikan untuk mencium ternyata baunya tidak asing seperti bau sperma.
Ternyata Lingrie tersebut dipakai tante Fani tadi sore untuk melayani Om Hadi sebelum berangkat. Hal tersebut membuat aku berpikir ulang
untuk mengunakan Lingrie sebagai teman mastrubasi. Kan nga lucu tu lingrie habis di croot masa di croot lagi.....ah nga ada sensasinya
pikirku. Pandangan ku beralih ke G-string kulihat ada noda kecil juga pada bagian ujung segitiga nya dan kembali ku cium, ternyata
buka bau sperma, baunya seperti bau yang selama ini aku rasakan tetapi sekarang lebih mantap. Mungkin karena cairan Tante Fani juga
banyak saat itu. Tanpa pikir lagi lingrie tersebut ku kembalikan ke tempat pakaian kotor. Tapi lumayan hanya dengan CD G-string aja udah
lebih dari cukup. Setelah kembali ke kamar kudapati kembali G-string tersebut, kembali aku melakukan prosesi ritual "Mastrubasi".
Kukocok kontolku dengan perlahan sembari kembali menghayal bersetubuh dengan Tante Fani. Meremas teteknya seraya menjilat sedapnya
memek Tante Fani dengan bulu yang tercukur rapi. Proses jilat G-string pun tak luput dengan memejamkan mata dan menganggap yang
dijilat bukan G-string tapi memek tante. Kahayalan ku pun semakin kuat ditambah masih tersisanya aroma memek tante yang memancing
daya imajinasi ku. "Terus No...nikmat..No...ah...uh...", pikirku tante berujar. Dalam khayalanku tante membentangkan kedua belah
pahanya memberikan ruang kepadaku untuk menikmati tiap tetes madu memeknya. "udah no tante udah nga tahan mo keluarrrrr.....", bayangku.
Masih dalam khayalanku Tante mengeluarkan cairan hingga serasa membasahi hidungku, bukannya berhenti aku malah lebih gencar melakukan
serangan melalui lidahku. "Udah no sekarang masukin punyamu ke tante", "Tante pengen kamu tutup penuh lubang tante", bisik otakku
membumbui khayalan ini. Kemudian G-string yang telah puas aku jilat dan ciumi ke letakan tepat dikontolku hingga menutupi kepalanya
kemudian kukocokan dan berkhayal telah memasukan kontol ke lubang memek tante. Setelah setengah jam berlalu akhirnya croottt....crotttt
dan crootttt, G-string pun basah oleh spermaku. Kubiarkan G-string tersebut menyelimuti kontolnya, hingga aku pun tertidur.
Keesokan paginya aku terbangun dengan masih melilitnya G-string tante di kontolku. Segera aku bangun dan mengenakan celana pendek dan
mengambil handuk untuk mandi seraya mengembalikan Teman kecil tersebut ketempat pakaian kotor setelah ku bersihkan tentunya.
Sampai di tempat cucian aku kaget karena kudapati tante sedang mencuci pakaian, segera kusimpan barang milik tante tersebut dibalik
badanku. "Udah bangun no", Ujar tante "Iya tan, ni juga mo mandi", jawabku sembari berpikir untuk kembali ke kamar menyimpan G-string dulu,
takut ketahuan tante apa yang selama ini telah aku lakukan terhadap barang-barang pribadinya, baru nanti ku kembalikan ke tempat
pakaian kotor nanti malam. "Kenapa kamu no, kok pucat", "nga apa-apa tan", "Tapi kok muka kamu pucat gitu", kemudian tante berdiri
mendekatiku sembari mengulurkan tangan hendak menyentuh kepala ku. Tangan kiri ku masih mengenggam G-string di belakang tubuh.
"kepala kamu panas gini, kamu sakit ya", tebak tante setelah tangannya mendarat diubun-ubunku. Makin gugup aku dan jantungku
berdetak cepat otomatis membuat metabolisme tubuh menjadi tidak normal, sehingga aku limbung dan terjatuh. Tapi masih untung
aku dapat mengontrol keberadaan tangan kiri yang mengenggam G-string sehingga tidak terlihat oleh tante. "No...no...no... kamu kenapa",
teriak tante. "nga apa-apa tante, mungkin tante benar saya sakit", ujarku kemudian menghindari kesalahanku. "nga usah mandi gih,
istirahat aja hari ini nga usah sekolah", "Baik tan saya kembali istirahat ke kamar", "Iya istirahat aja dulu, ntar kalo tante udah
selesai nyucinya tante bikinin kamu bubur", "makasih tan" ujarku seraya melangkahkan kaki menuju kamar meninggalkan tante Fani.
Dalam otakku berpikir untung saja tante untung saja tante nga memperhatikan tangan kiri ku, segera ketika sampai di kamar aku
sembunyikan G-string tante di bawah kasur tempat tidur. Dan kembali aku merebahkan badan ditempat tidur sambil mengingat kejadian
yang hampir membuat aku malu dan mungkin akan terusir dari rumah ini bila ketahuan apa yang kugenggam. Setelah sekian lama kulihat
dari jendela tante sedang menjemur pakaian di halaman belakang rumah. Entah disadari atau tidak oleh tante satu barang pribadi
miliknya belum tercuci masih berada di kamarku dibawah kasur tepatnya. Dengan seksama kuperhatikan tante yang sedang menjemur
pakaian. Tante mengenakan daster yang telah basah kena air pada bagian dada kebawah, sehingga membuat jelas cetakan tubuhnya.
Tante terlihat lebih seksi dalam keadaan tersebut, pantatnya yang besar tercetak jelas karena kain dasternya menempel. Terlihat
belahan pantatnya jelas terpampang. Hal tersebut membuat birahiku memuncak dan pikiranku kembali tertuju pada G-string yang tadi
aku sembunyikan. Ku lepas celana pendek ku kemudian kuambil g-sring tante untuk mastrubasi lagi sambil memandang langsung
kearah tante. Prosesi ini kulakukan hingga tante selesai menjemur pakaian dan saat itupula aku kembali croot mengeluarkan sperma
pada g-string tante. Ini kali kedua kulakukan pada g-string ini. setelah itu aku kembali mengenakan celana dan menyembuyikan
G-string tante dibawah bantal.
No comments:
Post a Comment